TUJUH BELAS JAM DI NEGERI UPIN IPIN
Selamaatt pagii cikguuuuu
Jiwa kanak-kanak yang terperangkap
di dalam “raga dewasa”, terkadang seperti itulah aku menilai diriku sendiri.
Dan ketika berbicara tentang Upin & Ipin, aku sangat menyukai serial
kanak-kanak negeri jiran ini. Bahkan ketika usiaku sudah menginjak kepala 2
sekian sekian aku masih menyenanginya. Bagiku grafis serial kartun ini sangat
menarik, ditambah kalau sudah adegan Upin & Ipin makan ayam goreng, rasanya
sangat nikmat, terus diselingi dengan ekspresi marah Kak Ros.
(Menara Kembar Petronas - Kuala Lumpur)
Mungkin sedikit agak kurang
nyambung dengan tulisan ini, tapi bisa jadi ini juga sebagai pengantar yang
bagus. Eh, jadinya nyambung atau gak nih? Yaudah dibaca dulu aja deh, nanti
kalian sendiri yang memutuskan nyambung atau gak.
Jadi awal tahun 2018 aku iseng scroll timeline instagram dan nemu
postingan tiket promo, sebagai pegawai kantoran yang haus liburan aku sedikit
tergugah, apalagi mengingat teman-teman yang akan bepergian ke Jepun, namun aku
gak bisa ikut karna budgetnya kurang sesuai, jadilah aku cari-cari tiket yang
jauh lebih murah. Harga tiket promo ini 1,3 juta PP ke Thailand. Singkat cerita
aku mempersiapkan segalanya, passport oke, tiket pesawat oke, penginapan oke.
Aku bahkan sudah merinci itinerary perjalananku, tempat tujuan wisata apa saja
yang ingin aku kunjungi, kuliner apa saja yang ingin aku coba dan transportasi
apa saja yang harus aku gunakan menuju tempat wisata itu. Aku juga sudah
menghitung total pengeluaranku, maksimal banget 6 juta rupiah, udah termasuk
oleh-oleh, makan selama disana, pokoknya udah komplit plit. Bahkan yang paling
klimaks, cutiku sudah di-approve dan
tunjangan cutinya pun sudah keluar. Pokoknya semuanya sudah well prepared. Siap berangkat, cuss yuk
mari..
Namun..
Seminggu sebelum berangkat, aku
telpon Bapak Mamak di kampung meminta ijin mau jalan-jalan ke Thailand. Dan
terjadilah hal yang bikin jedeeeeer. Aku harus batal berangkat, Bapak Mamak gak
ngijinin, ditambah lagi pas aku
telpon Bapak sedang berada di rumah namboru, makin-makin sipasingot (nasehat)
dan penolakan yang datang hahahaha. Aku patah hati. Aku sedih. Hanguslah tiket
diskon Thailand PP.
Walaupun sedih, aku akhirnya
mengiklaskannya -.-, namun aku tetap mencari celah supaya bisa tetap
jalan-jalan. Kemudian, muncullah ide yang sangaat brilian wkwk. Jadi ceritanya
aku berencana pulang saat libur lebaran, mulailah gerilya mencari tiket murah,
tapii tiket JOG-KNO mahaaaalnya bikin dompet nangis. Iseng-iseng aku coba cari
tahu harga tiket Jogja-Kuala Lumpur kemudian Kuala Lumpur Medan, dan
surprisingly harganya lebih muraah, totalnya Rp 1.330.000. Sementara harga
tiket langsung JOG-KNO saat itu Rp 1.800.000. Tanpa pikir panjang, aku langsung
beli tiket pesawat transit Kuala Lumpur itu, wkwk impulsif emang.
Dan dimulailah perjalanan singkat
penuh kenangan ini…
(Kuala Lumpur di Malam Hari - Taken From Soho Suites)
Berangkat dari Jogja 11.45, landing
di KLIA 15.00 waktu setempat. Berhubung karna perut sudah keroncongan, mampir
dulu buat beli churros cokelat yang terlalu manis. Awalnya sih enak, tapi
lama-lama jadi eneg. Perut kenyang,
perjalanan pun dilanjutkan. Aku menuju ke Terminal Level 1 bagian Hub
Transportation dan beli tiket bus seharga 12 MYR. Perjalanan naik bus dari KLIA
ke Stasiun Kuala Lumpur Sentral ± 1,5 jam, perjalanan agak lambat
karna saat itu jalanan lumayan ramai. Sebenarnya bus yang aku tumpangi berhenti
di jalanan di bawah stasiun, jadi harus naik dulu ke atas untuk mencapai
stasiunnya. Saranku jangan mau kalau ditawarin naik taksi, dan kalau mau menanyakan
sesuatu, usahakan tanya ke ibu-ibu atau langsung ke Bapak Satpam. Lebih aman. Kemarin
aku ditawarin harga taksi dari Stasiun Kuala Lumpur Sentral ke KLCC 70 MYR,
padahal setelah aku naik ke atas dan beli tiket LRT, harganya tiketnya cuma 2,4
MYR sodara sodaraa. Perbedaannya luar biasaa. Untung kemarin itu ada ibu-ibu
baik hati yang nolongin aku, nunjukin kalau di atas tempat pemberhentian
terakhir bus yang aku tumpangi adalah Stasiun Kuala Lumpur Sentral. Makasiiiiih
ibu-ibu baiik.
Akhirnya nyampai di Stasisun KLCC, keluar
dari Stasiun disambut matahari yang masih bersinar terang benderang, padahal
udah pukul 18.30 an. Karna di luar masih terang, aku memutuskan untuk jalan
kaki ke penginapan. Ternyata jalannya lumayan jauh dan drama, apalagi sepanjang
jalan geret-geret koper. Untung muka badak, jadi kalaupun dilihatin orang-orang
tetap aja cuek haha.
Setelah drama, tanya sana sini,
akhirnya nyampai juga di penginapan. Aku menginap di Betty Roux Soho Suites,
semacam apartemen, harga menginap per malamnya Rp 383.107. Apartemen ini relatif di tengah kota, bersih dan lumayan luas.
Dengan harga segitu udah dapat apartemen yang ada bathubnya (walaupun gak
kepake). Sebenarnya di dalam apartemen itu ada 3 kamar, tapi kamar yang lain
kosong, jadi berasa seperti nempatin
satu rumah sendiri. Sebenarnya agak horor-horor gimana gitu sih wkwk.
Konsep
apartemen ini self service gitu, jadi pemiliknya udah ninggalin kunci di loker, kita tinggal lapor ke Satpam, nunjukin bukti booking, ngisi
administrasi terus nanti dianterin sama Bapak Satpam-nya ke loker, ambil kunci
terus naik lift deh.
Beres-beres
bentar dan jalan ke KLCC, kalau dari Soho Suites cuma sekitar 15 menit jalan
kaki santai dan pedestriannya relatif aman dan enak buat jalan. Akhirnyaa bisa
foto di KLCC, ini harus dilakukan banget. Kalau gak foto disini rasanya gak afdol. Gak enaknya travelling sendiri
itu pas mau foto, bingung dong gimana caranya bisa kelihatan itu semua towernya
dengan selfie, harus mencoba semua sudut dan semua pose. Ada sih yang nawarin
buat motoin, tapi hasilnya yaudahlah ya, udah baik doi mau fotoin wkwk.
(Menara Kembar Petronas dari Kejauhan)
Sebenarnya
di sepanjang jalan dari Soho Suites ke KLCC banyak café, tapi namanya juga budget traveller, jadilah berakhir dengan beli noddle cup di Sevel. Untung rasanya
cocok di lidah.
Jam 05.00
subuh pesen Grab Car ke bandara, ongkos Grab Car-nya lumayan, 83 MYR include tol. Kalau bukan karna ngejar
penerbangan pagi, aku lebih memilih untuk naik kereta atau bus. Tapi ada cerita
lucu pas naik Grab Car ini, sebagai anak gadis di negeri orang yang pagi-pagi
buta naik Grab sendiri ditambah cerita Bapak Satpam apartemen kalau taksi
disini terkadang ada yang kurang bersahabat, jadi taksinya semacam sudah
berkomplot dan penumpangnya dijarah di tengah jalan, akhirnya sepanjang jalan
memantau google maps dan pura-pura nelpon
teman bilang “Aku udah di perjalanan menuju bandara naik Grab, nanti profil Grab-nya
aku kirim lewat whatsapp” dengan suara kencang. Hahahaha.
Benar-benar
17 jam yang sangat menyenangkan dan menantang.
Komentar
Posting Komentar